Konten Belajar Harus Bermuatan Moderasi Beragama
MAGELANGEKSPRES.COM,JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah meminta, sekolah dan guru untuk membuat konten pembelajaran Madrasah yang bermuatan moderasi beragama. Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Muhammad Zain mengatakan, bahwa konten yang dibuat setidaknya perlu mengandung indikator moderasi beragama, yaitu cinta Tanah Air, mengajarkan toleransi tinggi, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal. \"Agar seorang guru madrasah memiliki kemampuan membuat konten pembelajaran bermuatan moderasi beragama maka seorang guru madrasah perlu memiliki kompetensi literasi agama,\" kata Zain di Jakarta, Rabu (24/2/2021). \"Karena sikap moderasi dalam beragama sangat penting dan harus didukung dengan penguasaan literasi agama yang baik,\" imbuhnya. Zain menuturkan, ada tiga tahapan yang perlu dilalui seorang guru madrasah untuk melakukan penguatan literasi agama. Tahap pertama, personal competency dalam penguatan dan pemahaman keagamaan. \"Setiap orang harus memahami dan memperkuat agamanya dengan baik,\" ujarnya. Tahap kedua, kata Zain, adalah comparative competency. Pada tahapan ini, seseorang yang beragama hendaknya mengerti agamanya sendiri dan memahami agama yang berbeda sehingga mampu memahami perbedaannya tanpa menyeret ke arah pertentangan, rivalitas, dan permusuhan. \"Tahapan ketiga adalah collaborative competency. Pada tahapan ini seseorang diharapkan mampu berkerja sama dengan siapa pun tanpa melihat perbedaan agamanya. Artinya, kemampuan seseorang untuk mencari titik temu dengan agama-agama yang ada tanpa melihat perbedaan,\" tuturnya. Zain juga mengingatkan, pentingnya kolaborasi dalam pembelajaran di madrasah, terlebih untuk menyiasati pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang kini lazim dilakukan pada masa pandemi covid-19. \"Misalnya, guru-guru muda lebih memiliki kreativitas dan memiliki kemampuan untuk menciptakan berbagai karya dan konten yang diterapkan dalam pembelajaran online,\" terangnya. Sedangkan, lanjut Zain, bagi guru-guru senior yang serba manual, tetapi memiliki pengalaman yang baik dalam penerapan pembelajaran secara fisik. Pada titik inilah pentingnya menciptakan sebuah kolaborasi di antara keduanya. \"Guru-guru milenial harus bisa berkolaborasi dengan guru-guru senior yang serba manual. Ciptakan konten-konten yang bisa diterapkan dalam pembelajaran fisik maupun non-fisik,\" imbuhnya. Kasi Bina Guru MI dan MTs, Mustofa Fahmi menambahkan, profesi guru dan kepala madrasah menghadapi kompleksitas tantangan dalam menyikapi perubahan kebijakan pendidikan. \"Oleh karena itu, desain pengembangan kompetensi perlu mengedepankan aspek pembelajaran mandiri melalui Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB),\" pungkas Fahmi (der/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: